Sebab Utama Pernikahan Itu Tak Bahagia : Laki-Laki Berduit Banyak, Tapi Suami "Kayak Gini" Teramat Langka!!

Sebab Utama Pernikahan Itu Tak Bahagia : Laki-Laki Berduit Banyak, Tapi Suami "Kayak Gini" Teramat Langka!!

loading...
loading...

9Trendingtopic - Saat menentukan pendamping, banyak yang berprinsip "Dia haruslah yang mau berusaha." Sebab adanya ambisi atau keinginan kuat membuktikan jika ia adalah sosok yang punya tanggung jawab, memiliki keberanian dan dapat memberikan rasa aman.

Tapi belakangan aku mengerti, di sekelilingku, alasan banyak pernikahan harus hancur, justru karena pria terlalu ambisius, sampai akhirnya dia mengorbankan keluarga.

Dulu ada sepasang suami istri yang mau bercerai, bahkan mereka masih masuk acara televisi. Waktu pembawa acara itu bertanya kenapa mereka mau bercerai, sang istri berkata dia hidup terlalu lelah, sedangkan sang suami berkata kalau istrinya terlalu merepotkan.

Berikutnya pembawa acara itu bertanya lagi pada sang istri, kalau hidupmu terlalu lelah, kamu justru lebih membutuhkan pasangan yang menemani, kenapa mau cerai? Kemudian wanita itu langsung menangis keras, dia berkata kalau hidupnya yang lelah itu karena suaminya.

"Setiap hari aku harus bangun jam 6 pagi, memasak sarapan, membersihkan rumah, kemudian menjaga anak. Jam 9 harus pergi bekerja dan baru pulang jam 7 malam. Sepulang kerja harus masak makan malam, mencuci baju dan menjaga anak lagi. Setiap harinya aku harus sibuk sampai jam 12 malam baru bisa tidur. Kalau tengah malam anak bangun, aku juga harus ikut bangun untuk menidurkan kembali."

Dia sangat kelelahan, namun suaminya sama sekali tidak peduli akan semua pekerjaan rumahnya, bahkan karena tidak mau terganggu oleh sang anak, suaminya pindah ke kamar lain agar bisa tidur dengan tenang.

Setelah pembawa acara ini mendengarnya, ia kemudian bertanya pada sang suami, "waktu istrimu begitu sibuk, apa yang kamu lakukan?", sang suami hanya menjawab, "ya kerja!"
Kerja, itu demi mendapat uang, mendapat uang itu demi menghidupi keluarga, menghidupi keluarga, itu demi kamu dan anak.

"Persepsi seperti ini sangat biasa, aku ini pria, aku begitu capek menghidupi keluarga, aku juga gak ngomong apa-apa. Kenapa harus menambahkan semua ketidak puasan kamu padaku?"

Memang benar, pria bekerja di luar, wanita bekerja di dalam rumah, ini memang budaya yang sudah melekat di setiap orang, orang tuaku juga seperti itu. Tapi apakah seperti itu sepenuhnya benar?

Banyak orang yang selalu memakai pekerjaan sebagai alasan, biasanya punya persepsi seperti ini, sekarang hidup sedikit susah, kamu bertahan dulu, berusaha sekuat tenaga untuk mencari uang, sampai suatu hari diriku sudah memenuhi standar yang lebih tinggi, hidup kita juga akan lebih baik.

Walaupun kelihatannya persepsi ini baik, namun dalam  hidup ini, bukan berarti kamu di luar mencari banyak uang sudah cukup memenuhi segalanya. Waktu kamu hanya bisa berpikir, "aku harus mencapai standar tertentu untuk bisa mencapai kebahagiaan", biasanya kebahagiaan seperti ini hanya untuk dilihat orang saja, bukan benar-benar kamu rasakan.

Karena orang yang mengerti hidup, justru lebih mementingkan hal-hal kecil dalam hidup, hal-hal ini adalah proses dan perjalanan dalam menjalani hidup, justru lewat hal-hal sederhana yang dilalui sehari-hari itulah kamu baru bisa membangun kehidupan.

Hidup ini bukan hanya tertuju pada sebuah "hasil", namun "proses". Kebahagiaan tidak dinilai dari hasil yang kamu raih.

Seorang miliarder menceritakan, dulu dia sangat miskin waktu menikah dengan istrinya, hari kedua setelah menikah, istrinya langsung menjual semua perhiasan dan mas kawin yang diberikannya dan menggunakan uangnya untuk mendukung suaminya yang mau wirausaha.

Setiap hari, saat keduanya pulang ke rumah setiap malam, mereka akan menebak-nebak sepanjang jalan apakah hari itu pemilik rumah akan datang untuk menagih uang sewa. Orang yang berhasil menebak, boleh makan telur malam itu.

Karena istrinya sibuk menjaga anak, dia harus pergi ke pasar membeli sayur dan memasak. Kenikmatan hidup ini, justru harus dirasakan lewat setiap detik yang kita lalui, bukan lewat pencapaian yang kamu dapatkan di masa depan.

Aku punya seorang teman wanita yang sangat pintar, dia sangat suka belajar dan sekolah, sampai akhirnya usianya sudah mencapai usia matang untuk menikah. Keluarganya memperkenalkan dia pada banyak pria. Sampai akhirnya dia berpacaran dengan seorang yang sudah mapan. Dia sangat berprestasi dan punya pekerjaan sangat baik. Dia senang membawa temanku pegi liburan, membelikan baju, tas, sepatu dan lainnya. Walaupun temanku menolak, namun pria ini selalu memberikan banyak sekali hadiah.

Biasanya tentu banyak wanita yang akan langsung menikahinya, tapi temanku ini malah memutuskannya. Menurut temanku, pacarnya ini terlalu mengatur dan mengekang, di dalam hidupnya hanya ada satu semboyan, "Aku ini nomor satu."

Setiap pergi makan, dia tidak akan bertanya apa maumu dan langsung memesankan kesukaannya. Setiap pergi menonton bioskop juga sama, dia hanya peduli akan apa yang dia sukai. Dia akan membawamu ke semua tempat yang dia sukai, tanpa bertanya pendapatmu.

Rela mengeluarkan uang untukmu itu berbeda dengan memperhatikanmu. Memberikan kenyamanan untukmu, sama sekali tidak ada kaitannya dengan status dan kedudukanmu.

Pernikahan sebenarnya adalah seperti, "aku tak berharap sempurna, hanya berharap sederhana." suami yang baik akan memperhatikan setiap detil kehidupan, membuat hal-hal yang sederhana menjadi berkesan.

Sutradara Hollywood Ang Lee pernah bergantung hidup dari penghasilan sang istri saat bersekolah di Amerika, setiap hari dia harus membersihkan rumah, memasak dan menjaga anak. Namun setelah dia sukses sekalipun, dia tetap sering memasak dan melakukan pekerjaan rumah. Ang Lee berkata, kalau inilah kehidupan yang dia mau, kalau kamu malas untuk melakukan pekerjaan rumahmu sendiri, apalah artinya hidup.

Memiliki uang memang bisa memenuhi berbagai kebutuhan hidup, namun hidup bukanlah demi mencari lebih banyak uang lagi. Seringkali banyak pria melakukan kesalahan, karena mereka mengira mereka ada di garis pertama bertugas menghidupi keluarga, baru bisa memberikan kebahagiaan bagi keluarga. Tapi detil-detil lainnya di dalam keluarga, mereka sama sekali tidak peduli.

Mencintai seseorang, tidak perlu setiap hari membawa bunga, tapi membutuhkan hati dan tindakan. Setiap masalah yang dihadapi oleh pasanganmu, hadapilah bersama-sama, bukan hanya memberikan sepatah kata, "kamu pasti bisa, jaga kesehatan ya." lalu tak pernah melakukan bentuk perhatian nyata baginya.

Bantulah istrimu saat mereka melakukan pekerjaan rumah, bukan hanya mengatakan, "Kamu capek hari ini, tidurlah lebih pagi."

Semua teori ini mungkin mudah untuk dibaca dan dimengerti, namun untuk benar-benar melakukannya, tidaklah semudah itu.

Karena orang yang mencintai kamu, pasti rela mengeluarkan uangnya, untuk memberikan sesuatu yang orang lain tidak bisa berikan. Namun juga rela memberikan perhatiannya, untuk melakukan sesuatu yang orang lain tidak mau lakukan."

sumber:cerpen.co.id
loading...

ADS

Sebab Utama Pernikahan Itu Tak Bahagia : Laki-Laki Berduit Banyak, Tapi Suami "Kayak Gini" Teramat Langka!!
4/ 5
Oleh

loading...